sekilasdunia.com, Jakarta - Puncak pandemi virus corona diprediksi terjadi pada akhir Mei hingga awal Juni 2o20. Badan Nasional Penanggulangan Bencana pun memperkirakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di sejumlah daerah akan berlangsung hingga Juni 2020.
Pelaksana tugas Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi mengatakan setelah mengalami puncak Covid-19, kurva akan menurun.
"Kalau puncak di sana (awal Juni), kita juga harus siap dengan kapasitas rumah sakit. Insya Allah nanti kalau semuanya testing ini selesai dan puncaknya bisa tercapai, dan setelah itu mudah-mudahan bisa landai ke bawah," tutur Dody dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VIII DPR RI yang berlangsung secara daring pada Selasa (12/5).
Dodi juga mengatakan, pekan depan jangan kaget karena akan banyak kenaikan jumlah kasus positif karena jumlah orang yang diperiksa juga bertambah.
"Nanti mungkin jangan kaget bapak ibu bahwa minggu depan itu akan cenderung banyak naiknya," kata Dody.
Menurut Dody, Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19 sedang meningkatkan kapasitas baik dari segi laboratorium maupun sumber daya manusia. Targetnya, lanjutnya, kenaikan kapasitas pengecekan mulai akhir pekan ini.
Sementara, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia bahkan dunia, hingga saat ini belum dapat menjawab mengenai pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Perlu disadari bahwa hingga saat ini memang belum ditemukan vaksin untuk mengobati Covid-19. Kendati demikian, beberapa ahli dan pakar dunia tengah berlomba untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengobati virus SARS-CoV-2 yang utamanya menyerang paru-paru manusia tersebut.
"Seluruh dunia juga tidak tahu, karena virus ini, untuk vaksinnya belum ditemukan. Jadi, maka dari itu, sampai dengan vaksin belum ditemukan, kita harus bisa selalu berhadapan dengan virus ini," ungkap Wiku dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha BNPB, Jakarta (12/5).
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mendukung agar pemeriksaan corona dengan metode PCR diperbanyak dan dipercepat. Namun, pemerintah harus menyiapkan anggaran yang cukup besar lantaran satu kali tes PCR memakan biaya Rp 400 ribu.
Jika tes PCR dilakukan dalam jangka waktu 100 hari, maka anggaran yang perlu dikeluarkan pemerintah ditaksir mencapai Rp 400 miliar.
(ims)
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »