sekilasdunia.com – Seorang
warga Medan, Y. A. Poerba bersama istri menceritakan bagaimana mereka berjuang
melawan Covid-19 hingga dinyatakan sembuh. Selama 21 Hari menjalani hari-hari
berat menghadapi serangan coronavirus (COVID-19). Hal tersebut diungkapkan
langsung oleh Y. A. Poerba salah satu warga Medan yang berjuang melawan Covid-19.
“Akhir Januari 2021, kami mengalami demam tinggi, badan
pegal-pegal, nafsu makan menurun hingga kehilangan indera penciuman dan perasa
(Anosmia). Sejak kami mengalami gejala yang mengarah kepada Covid-19 tersebut
dan dinyatakan Positif melalui hasil swab Antigen, kami pun melakukan isolasi mandiri dengan tetap
dipantau dokter untuk setiap perkembangan kesehatan setiap harinya,” ujar Y. A
Poerba di Medan, Jumat (19/2/2021).
Hari 1 sampai hari ke-8 melakukan isolasi mandiri dirumah, kondisi tubuh Yosua mengalami penurunan drastis,
sehingga dihari ke-9 akhirnya disarankan dokter untuk menjalani rawat inap
(isolasi) di Rumah Sakit (salah satu RS Swasta di Medan). Setibanya di Rumah
Sakit mereka masuk ke IGD dan menjalani perawatan di RS tersebut.
“Awal kami tiba di RS langsung masuk IGD, lalu kami diinfus,
diambil darah dan foto (rontgen), setelah itu kami masuk ke ruangan isolasi
khusus Covid-19 sambil berjalan menuju kamar kami disemprotkan disinfektan oleh
petugas RS, disinilah kami melanjutkan perjuangan menjalani hari-hari berat,
berteman perlengkapan medis di ruangan isolasi serta obat-obatan baik yang
diminum maupun disuntikkan melalui infus. Setiap hari kami harus mengkonsumsi
lebih kurang 20 butir obat dan mendapatkan 4 jenis obat yang disuntikkan
keinfus salah satunya vitamin C serta antibiotik yang sangat sakit ketika
disuntikkan sampai istri saya pasti akan menangis karena tidak sanggup menahan
sakitnya obat yang masuk kedalam pembuluh darah yang membuat tangan kami serasa
dipukuli 15 orang selama 2 jam, dan itu kami dapatkan setiap hari selama di
Rumah Sakit,”ujar Yosua
Berdasarkan keterangan Dokter melalui hasil foto Yosua di
indikasikan tampak infiltrate dilapangan tengah paru kanan dan parakardial
bilateral dengan kesimpulan bronkopneumonia.
“Ya benar bronkopneumonia karena saya punya riwayat batuk
alergi sehingga saat terkena Covid-19 batuknya semakin parah yang akhirnya
sampai kena keparu. Menurut saya Covid-19 itu tidak hanya menyerang paru-paru
atau bagian tubuh lainnya, melainkan seluruh bagian tubuh tanpa terkecuali bahkan
selama dirumah sakit banyak pasien yang mengalami ilusi maupun halusinasi berat,
hingga dapat saya simpulkan virus covid-19 juga menyerang psikologi (syaraf)
penderita covid-19. Selama 7 hari kami dirawat di Rumah Sakit ada 2 pasien covid-19 yang meninggal dan sebagian keluarga duka juga
masih dirawat di Rumah Sakit pada saat itu, dan hanya bisa menjerit dan
menangis sekuat-kuatnya didalam kamar isolasi tanpa bisa melihat bahkan
menyentuh peti mati jenazah,” ujarnya.
Setelah menjalani perawatan dan berjuang selama 7 hari di RS
Yosua bersama istri akhirnya diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan
selama 2 minggu. Betapa gembiranya mereka bisa bertemu kembali dengan keluarga.
“kami diperbolehkan pulang setelah Dokter melakukan evaluasi
dari hasil rontgen ke-2 dan swab PCR ketiga juga melihat kesehatan kami yang
sudah semakin meningkat. Betapa kami sangat bersyukur dan berbahagia mendengar
perkataan Dokter (bapak dan ibu sudah sehat dan boleh pulang ya !),akhirnya
kami terbebas dari siksaan suntikan vitamin C dan juga antibiotik yang sangat
menyiksa itu,”ujarnya sambil tertawa.
Yosua menambahkan mereka sangat beruntung mendapatkan
dukungan dan motivasi yang luar biasa baik dari keluarga, rekan kerja, sampai
tenaga medis yang membuat mereka menjadi semangat seama menjalani masa isolasi
yang berat. Merekapun memberikan pesan dan menghimbau bahwa masyarakat untuk
tidak meremehkan virus ini dan meminta warga patuh menuruti aturan pemerintah
untuk mematuhi protokol kesehatan, dan mereka juga menyampaikan bahwa memutus
mata rantai pandemi virus corona adalah
tanggung jawab bersama.
“Puji syukur kepada Tuhan yang
sudah memberikan kesempatan kedua untuk hidup dan menjadi pelayan Tuhan di
dunia ini untuk terus menyebarkan kasih dalam hidup, dan terima banyak untuk keluarga, rekan kerja, dan para
medis yang sudah banyak mendukung baik moril maupun materil dan mendoakan kami
serta memberikan perawatan medis yang sangat baik. Nah, dari cerita kami
diatas, masih adakah yang mampu mengatakan Virus Covid-19 ini hanya kebohongan ?,
masih belum sadarkah kita akan pentingnya protokol kesehatan ?, apakah kita
semua harus merasakan penderitaan akibat covid 19 dahulu, baru kita sadar diri ?, masihkah kita punya belas kasih dan perasaan terhadap pengorbanan tenaga
medis, dimana mereka juga punya perasaan yang sama dengan kita untuk rindu
berkumpul dengan keluarga ?,” paparnya
"Peraturan pemerintah itu harus dilaksanakan. Kita
batasi interaksi keramaian, dan patuhi protokol kesehatan. Memang masih ada
dokter dan tenaga medis saat ini, tapi maaf jumlah mereka sudah sangat
berkurang, mereka juga manusia, punya keterbatasan secara fisik dan psikologis,
mengapa saya katakan demikian ?, karena tenaga medis tersebut harus memakai
seragam APD ( Alat pelindung diri) yang kami tau dari tenaga medis tersebut
cukup panas dipakai dan tidak boleh dibuka selama bertugas, dan tenaga medis
tersebut bekerja selama 3 minggu dan wajib tinggal di Rumah Sakit dan harus
sigap apabila dibutuhkan saat jam istirahat mereka, setelah 3 minggu bertugas
dan melalui proses swab dan dinyatakan negatif mereka diperbolehkan berganti
shift dengan tim yang lain agar bisa pulang dan bertemu dengan keluarga itupun
dengan waktu yang singkat. Dari keadaan tersebut sungguh luar biasa pengorbanan
dan pelayanan yang diberikan seluruh tenaga medis Rumah Sakit, untuk itu mari
kita tingkatkan kesadaran untuk mengikuti protokol kesehatan dengan melindungi
diri sendiri, otomatis kita sudah sangat membantu meringankan beban tenaga
medis. Negara lain bisa, mengapa kita tidak bisa?” tutupnya.
(ims)
« Prev Post
Next Post »