sekilasdunia.com - Bank Indonesia melakukan intervensi secara agresif baik di pasar domestik maupun mancanegara (offshore) untuk menolong rupiah dari tekanan pelemahan yang besar, pada hari ketika pasar keuangan domestik kembali dibuka.
Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Fitra Jusdiman mengatakan, BI telah melanjutkan intervensi secara agresif baik di pasar valuta spot domestik, pasar forward (NonDeliverable Forward/NDF) domestik, juga di pasar Surat Utang Negara (SUN), bersamaan dengan intervensi yang juga dilakukan di pasar NDF offshore.
Bank Indonesia akan memastikan likuiditas di pasar valas domestik dan sektor perbankan memadai, kata Fitra melansir Bloomberg News, Selasa siang.
Dalam penjelasannya, otoritas moneter melihat pergerakan rupiah di pasar NDF offshore terbilang eksesif alias berlebihan. "Hal itu tentu juga disumbang oleh kondisi pasar yang lesu karena pasar domestik sedang libur panjang," jelas Fitra.
Sampai siang ini, rupiah spot yang dibuka turun tajam hampir 2% pagi tadi, saat ini bergerak di level Rp16.835/US$, melemah 1,63% dan menjadi yang terlemah di Asia.
Rupiah menyentuh level terlemah intraday pada hari pertama perdagangan usai liburan di level Rp16.865/US$.
Rupiah 'ditemani' oleh baht yang juga anjlok nilainya hingga 1,21% hari ini. Kinerja rupiah juga masih jadi salah satu yang terlemah bila dibandingkan performa valuta Asia lain selama periode libur panjang lalu.
Baht memimpin pelemahan 1,98% dibandingkan posisi terakhir pada 27 Maret lalu. Disusul rupiah 1,63%, lalu ringgit 1,10% dan yuan offshore 0,97%. Sementara peso Filipina justru berhasil menguat 0,33% pada periode yang sama.
Adapun di pasar offshore, rupiah NDF tadi malam untuk pertama kali ditutup menguat 0,63% di level Rp16.915/US$, setelah sempat menjebol level terlemah di Rp17.348/US$ pada Senin.
Jelang siang ini, rupiah NDF di pasar offshore, bergerak menguat 0,15% di level Rp16.889/US$.
Adapun di pasar surat utang negara, BI juga melakukan intervensi terutama karena tekanan jual yang luar biasa di awal perdagangan dibuka ditandai dengan lonjakan yield SUN 10Y yang melompat hingga 17 bps.
Siang ini, mayoritas tenor SUN masih bergerak naik imbal hasilnya, indikasi tekanan harga akibat arus jual yang membesar.
Yield SUN-1Y naik 20,1 bps kini di 6,828%, disusul oleh yield SUN-5Y yang naik 11,8 bps kini di 6,881%. Adapun tenor 2Y dan 10Y naik masing-masing 8,2 bps dan 10 bps kini di 6,772% dan 7,104%.
Terpantau, beberapa tenor SUN mencatat penurunan yield di antaranya tenor 11Y turun 5,4 bps, disusul tenor 12Y juga turun 5,8 bps yield-nya juga tenor 18Y terpangkas 5,6 bps.
Pada hari pertama perdagangan di bursa domestik setelah libur panjang Lebaran yang berlangsung sejak 28 Maret lalu, pasar keuangan RI terhantam arus jual yang menghebat terseret kemelut pasar global yang sudah mengalami kejatuhan sejak 'bom tarif Trump' dijatuhkan pada 2 April lalu.
IHSG dibuka langsung ambles 9,2% memicu penghentian perdagangan oleh otoritas bursa. Jelang penutupan sesi pertama hari ini, indeks saham masih melanjutkan tekanan dengan penurunan 7,6%.
« Prev Post
Next Post »