sekilasdunia.com - Sebanyak 51 narapidana (napi) kasus korupsi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Sukamiskin, Kota Bandung, terkonfirmasi positif terpapar Covid-19. Sebanyak 51 napi itu diketahui terkonfirmasi positif Covid-19 setelah Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Lapas Sukamiskin menggelar tes swab PCR pada Kamis (4/2/2021) lalu.
Tes swab massal itu diikuti oleh 458 orang. Perinciannya 358 narapidana dan 100 petugas Lapas Sukamiskin, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, 48 orang adalah narapidana dan tiga orang lainnya petugas Lapas. Sementara enam orang lainnya adalah napi yang telah terlebih dulu terdeteksi Covid-19.
"Dari 51 yang positif, tiga orang adalah petugas Lapas. Sekarang, 47 orang melakukan isolasi mandiri di sel masing masing dan empat orang sedang dilakukan perawatan di rumah sakit," kata Kepala Lapas Sukamiskin Asep Sutandar di Lapas Sukamiskin, Senin (8/2/2021).
Dalam daftar narapidana di Lapas Sukamiskin yang terserang Covid-19 itu ada mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada, mantan Kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husein. Eks Sekretaris Daerah Kota Bandung Edi Siswadi, dan mantan Wali Kota Temanggung Totok Ary Prabowo.
Selain itu, ada nama mantan Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jamaluddien Malik, bekas Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bengkulu Janner Purba, dan mantan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Bandung Setyabudi Tedjocahyono.
Mantan Anggota DPR Budi Supriyanto, mantan Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara Kamaluddin Harahap, dan mantan Anggota DPRD Sumatera Utara Solar Siburian juga ada dalam daftar napi Sukamiskin corona.
Menurut Asep, para mantan pejabat dan anggota dewan itu saat ini tengah menjalani isolasi mandiri di sel tahanan masing-masing karena mereka masing-masing menempati satu sel sendiri. Asep belum mengetahui dari mana mereka tertular. Menurut Asep, tracing untuk mengetahui sumber penularan tidak mudah.
"Kami tidak mengatakan dari mana, karena tracing itu tidak mudah, karena sebenarnya kan tahanan baru kami stop, kunjungan juga stop, kami sudah melakukan protokol kesehatan, kami tidak bisa menyampaikan darimana-darimananya, harus tracing akurat," ujar Asep.
(ims)
« Prev Post
Next Post »