sekilasdunia.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar minus 2,07 persen. Angka ini jauh lebih buruk jika dibandingkan 2019, angka ini adalah kontraksi terbesar sejak krisis 1998 yang tumbuh negatif sekitar 13,13 persen yang mencapai 4,97%. Sementara itu, pada kuartal IV 2020 ekonomi Indonesia minus 2,19%.
"Dengan demikian sejak 1998 untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi alami kontraksi karena adanya krismon dan global, dan di 2020 minus 2,07% karena pandemi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021).
Secara kuartalan, Indonesia juga masih resesi. Pada kuartal IV-2020, pertumbuhan ekonomi minus 2,19 persen, melanjutkan tren kuartal sebelumnya yang minusmasing-masing -5,32 persen (kuartal II) dan -3,49 persen (kuartal III). Menurut Suhariyanto, Indonesia bukan satu-satunya negara yang ekonominya tertekan akibat pandemi Covid-19.
Ekonomi seluruh negara mitra dagang utama Indonesia minus, kecuali China dan Vietnam yang tumbuh positif. "Amerika Serikat kontraksi 3,5 persen, Singapura -5,8 persen, Korsel -1 persen, Hong Kong lebih dalam -6,1 persen, dan Uni Eropa juga sama (-6,4 persen). Ini angka yang sudah resmi di rilis di kantor statistik negara masing-masing," kata dia.
Secara umum, perekonomian Indonesia terkontraksi akibat pertumbuhan negatif pada pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi dan konsumsi rumah tangga. PMTB tercatat minus 4,95 persen sementara konsumsi rumah tangga negatif 2,63 persen. "Pembentukan modal tetap bruto menyumbang terdalam terhadap PDB yakni -1,6 persen disusul konsumsi rumah tangga -1,43 persen," katanya.
(ims)
« Prev Post
Next Post »